Minggu, 13 Juli 2014

          Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan kesuburan tanahnya. Bahkan disamping itu, indonesia juga kaya akan tempat-tempat wisata indah dan mempesona. Mulai dari tempat wisata alam bersejarah, maupun tempat wisata non sejarah. Indonesia juga mempunyai beribu-ribu pulau yang masing-masing mempunyai tempat wisata yang tak kalah indahnya. Dari yang sudah terekspose maupun yang belum terekspose. Salah satunya di Pulau Madura tepatnya di desa Batioh kecamatan Banyuates kabupaten Sampang. Di desa ini terdapat suatu tempat wisata bersejarah. Yaitu Hutan Nepa.
            Hutan Nepa adalah sebuah wisata rekreasi hutan kecil yang dikelilingi oleh laut dan dimana ditengah hutan tersebut banyak terdapat kera. Nama nepa di angkat dari nama pohon yang sejenis pohon kelapa kecil yang mana daunnya dapat dijadikan sebagai atap rumah, bahkan ada pula yang dapat digunakan sebagai kertas rokok. Uniknya pohon-pohon yang ada di dalam hutan tidak terlalu tinggi sebagaimana pohon hutan pada umumnya. Ditengah-tengah hutan nepa terdapat sungai kecil. Meskipun sebuah hutan, namun tak ada kesulitan dalam menjangkau setiap keindahan yang ada di dalamnya. Di dalam hutan terdapat jalan setapak yang memudahkan kita dalam memburu panorama-panorama yang sangat mengesankan. Jarak tempuh dari jalan raya menuju hutan nepa dapat ditempuh dengan jarak ±0,5 km dengan berjalan kaki dan melewati rumah-rumah penduduk. Di hutan ini terdapat ribuan ekor kera. Sepintas memang mirip dengan salah satu tempat wisata di Bali yaitu sangeh. Namun yang dapat dibedakan dari keduanya adalah kera-keranya. Dimana kera-kera yang terdapat di hutan nepa tak seliar kera-kera yang terdapat di sangeh Bali. Satu lagi keunikan dari kera-kera yang ada di hutan nepa ini yaitu mempunyai nama panggilan LO ALILO NYOK LO yang berarti “ dimana dirimu semua, aku datang membawa kemenangan dan tampakkan dirimu semua “ dan dengan memanggil sebutan tersebut, maka kera-kera tersebut berbondong-bondong akan datang menghampiri kita. Namun kera-kera ini tidak akan menampakkan dirinya apabila pengunjung tidak bermaksud baik. Kebanyakan orang yang tidak bermaksud baik akan tersesat di dalam dan tidak bisa keluar kecuali mereka melepas semua pakaian dan memakainya kembali dengan keadaan terbalik. Di dalam hutan kera masih banyak terdapat benda-benda kuno bersejarah seperti cemeti, keris, gerre manjheng, tusuk kondhe, tasbeh emas, ular bersisik emas, perkutut putih, dan kera putih. Namun sayangnya kera putih hanya bisa dilihat di jaman dulu. Sekarang keberadaannya pun sudah punah. Selain dijadikan objek wisata, bagi orang-orang tertentu hutan nepa dijadikan tempat bersemedi dan keperluan pribadi lainnya. Karena pada dasarnya hutan nepa akan mengabulkan semua cita-cita orang mengunjunginya, insyaalah. Hutan kera ini juga mempunyai juru kunci yang berasal dari desa setempat yaitu bernama H. Abdul Aziz Jaying. Hutan Nepa mempunyai pantai yang indah dengan pasir putihnya. Dan pemandangan yang sangat memukau serta kesejukan alamnya.
            Konon, hutan nepa merupakan suatu sejarah perjalanan dari Raden Segoro. Dimana Raden Segoro merupakan seorang putra dari puteri Bendoro Gung, yang terlahir tanpa seorang ayah. Karena puteri bendoro Gung pun tidak mengetahui siapa gerangan ayahnya. Sedangkan Bendoro Gung merupakan puteri dari raja Sanghjangtunggal yang telah membuangnya dari istana. Raden Segoro dilahirkan di madura tepatnya di gunung geger. Seiring dengan bertambahnya usia Raden Segoro dan Bendoro Gung pindah ke dekat Nepa. Disanalah mereka tinggal bahagia. Raden Segoro mempunyai dua tongkat pusaka yang berasal dari dua ekor naga yang bernama Nenggolo dan Alugoro. Yang mana kedua tongkat pusaka ini sangat sakti. Suatu hari datang utusan dari negara yang disebut Mendangkawulan. Mereka diutus oleh raja Sanghjangtunggal untuk menjemput Raden Segoro dengan tujuan meminta bantuan kepada Raden Segoro untuk berperang melawan tentara cina. Karena sebelumnya sang Raja bermimpi bahwasannya pria tua yang ada di mimpinya menyatakan bahwa Raden Segoro lah yang mampu melawan tentara cina. Dan Raden Segorolah nantinya yang akan menjayakan negaranya. Hal inilah yang memacu raja agar memakai jasa Raden segoro dalam peperangan. Dan tepat pada akhirnya Raden Segoro memenangkan peperangan dengan tentara cina dengan berkat tongkat pusakanya yaitu Nenggolo. Pada akhirnya sang rajapun puas dengan kinerja Raden Segoro. Dengan ucapan terimakasih raja berniat agar Raden Segoro berkenan menjadi menantunya. Sang raja pun menanyakan orang tua dari Raden Segoro, namun Raden Segoro pun bingung dengan pertanyaan baginda raja. Akhirnya Raden Segoro kembali ke pulau madura dan bertemu dengan ibunya Bendoro Gung. Dan disaat yang bersamaan Raden Segoro langsung menanyakan siapa ayah dari Raden Segoro. Bendoro Gung pun bingung mendengar pertanyaan puteranya. Dan pada saat itu pula Bendoro Gung dan Raden Segoro lenyap seketika. Namun istana atau kediaman Raden Segoro dan Bendoro Gung masih tersisa sampai saat ini. Walaupun kenyataanya hanya tersisa puing-puing yang berupa batu bata yang terpendam di dalam tanah. Meskipun demikian, penduduk sekitar percaya bahwasannya Raden Segoro dan Bendoro Gung tetap menjaga hutan tersebut. Begitu pula dengan kera-kera yang ada di dalam hutan Nepa. Kera-kera inipun dianggap suci dan tak ada seorangpun yang berani membunuhnya. Sedangkan dua tongkat peninggalan Raden Segoro kini berada di genggaman Raja Arosbaya yang bernama Pangeran Demang Palakaran dan sampai saat ini tersimpan menjadi pusaka kota Bangkalan.
            Harapan saya hutan nepa nantinya akan menjadi objek wisata utama di kabupaten sampang. Karena sangat disayangkan apabila terus terabaikan. Mengingat belum terlalu banyaknya pengunjung, dan bahkan mungkin banyak yang belum mengetahui keberadaannya. Penasaran dengan keberadaan hutan nepa? Datang langsung dan dijamin puas dengan segala suguhan alamnya yang mempesona. dan siap-siap ya, kalian para pengunjung akan terhipnotis dengan keadaan alam yang sangat indah.

0 komentar :

Posting Komentar