Indonesia merupakan
suatu negara yang kaya akan kesuburan tanahnya. Bahkan disamping itu, indonesia
juga kaya akan tempat-tempat wisata indah dan mempesona. Mulai dari tempat
wisata alam bersejarah, maupun tempat wisata non sejarah. Indonesia juga
mempunyai beribu-ribu pulau yang masing-masing mempunyai tempat wisata yang tak
kalah indahnya. Dari yang sudah terekspose maupun yang belum terekspose. Salah
satunya di Pulau Madura tepatnya di desa Batioh kecamatan Banyuates kabupaten
Sampang. Di desa ini terdapat suatu tempat wisata bersejarah. Yaitu Hutan Nepa.
Hutan Nepa adalah sebuah wisata
rekreasi hutan kecil yang dikelilingi oleh laut dan dimana ditengah hutan
tersebut banyak terdapat kera. Nama nepa di angkat dari nama pohon yang sejenis
pohon kelapa kecil yang mana daunnya dapat dijadikan sebagai atap rumah, bahkan
ada pula yang dapat digunakan sebagai kertas rokok. Uniknya pohon-pohon yang
ada di dalam hutan tidak terlalu tinggi sebagaimana pohon hutan pada umumnya.
Ditengah-tengah hutan nepa terdapat sungai kecil. Meskipun sebuah hutan, namun
tak ada kesulitan dalam menjangkau setiap keindahan yang ada di dalamnya. Di
dalam hutan terdapat jalan setapak yang memudahkan kita dalam memburu
panorama-panorama yang sangat mengesankan. Jarak tempuh dari jalan raya menuju
hutan nepa dapat ditempuh dengan jarak ±0,5 km dengan berjalan kaki dan
melewati rumah-rumah penduduk. Di hutan ini terdapat ribuan ekor kera. Sepintas
memang mirip dengan salah satu tempat wisata di Bali yaitu sangeh. Namun yang
dapat dibedakan dari keduanya adalah kera-keranya. Dimana kera-kera yang
terdapat di hutan nepa tak seliar kera-kera yang terdapat di sangeh Bali. Satu
lagi keunikan dari kera-kera yang ada di hutan nepa ini yaitu mempunyai nama
panggilan LO ALILO NYOK LO yang berarti “ dimana dirimu semua, aku datang
membawa kemenangan dan tampakkan dirimu semua “ dan dengan memanggil sebutan
tersebut, maka kera-kera tersebut berbondong-bondong akan datang menghampiri kita.
Namun kera-kera ini tidak akan menampakkan dirinya apabila pengunjung tidak
bermaksud baik. Kebanyakan orang yang tidak bermaksud baik akan tersesat di
dalam dan tidak bisa keluar kecuali mereka melepas semua pakaian dan memakainya
kembali dengan keadaan terbalik. Di dalam hutan kera masih banyak terdapat
benda-benda kuno bersejarah seperti cemeti, keris, gerre manjheng, tusuk
kondhe, tasbeh emas, ular bersisik emas, perkutut putih, dan kera putih. Namun
sayangnya kera putih hanya bisa dilihat di jaman dulu. Sekarang keberadaannya
pun sudah punah. Selain dijadikan objek wisata, bagi orang-orang tertentu hutan
nepa dijadikan tempat bersemedi dan keperluan pribadi lainnya. Karena pada
dasarnya hutan nepa akan mengabulkan semua cita-cita orang mengunjunginya,
insyaalah. Hutan kera ini juga mempunyai juru kunci yang berasal dari desa
setempat yaitu bernama H. Abdul Aziz Jaying. Hutan Nepa mempunyai pantai yang
indah dengan pasir putihnya. Dan pemandangan yang sangat memukau serta
kesejukan alamnya.
Konon, hutan nepa merupakan suatu sejarah
perjalanan dari Raden Segoro. Dimana Raden Segoro merupakan seorang putra dari
puteri Bendoro Gung, yang terlahir tanpa seorang ayah. Karena puteri bendoro
Gung pun tidak mengetahui siapa gerangan ayahnya. Sedangkan Bendoro Gung
merupakan puteri dari raja Sanghjangtunggal yang telah membuangnya dari istana.
Raden Segoro dilahirkan di madura tepatnya di gunung geger. Seiring dengan
bertambahnya usia Raden Segoro dan Bendoro Gung pindah ke dekat Nepa. Disanalah
mereka tinggal bahagia. Raden Segoro mempunyai dua tongkat pusaka yang berasal
dari dua ekor naga yang bernama Nenggolo dan Alugoro. Yang mana kedua tongkat
pusaka ini sangat sakti. Suatu hari datang utusan dari negara yang disebut
Mendangkawulan. Mereka diutus oleh raja Sanghjangtunggal untuk menjemput Raden
Segoro dengan tujuan meminta bantuan kepada Raden Segoro untuk berperang
melawan tentara cina. Karena sebelumnya sang Raja bermimpi bahwasannya pria tua
yang ada di mimpinya menyatakan bahwa Raden Segoro lah yang mampu melawan
tentara cina. Dan Raden Segorolah nantinya yang akan menjayakan negaranya. Hal
inilah yang memacu raja agar memakai jasa Raden segoro dalam peperangan. Dan
tepat pada akhirnya Raden Segoro memenangkan peperangan dengan tentara cina dengan
berkat tongkat pusakanya yaitu Nenggolo. Pada akhirnya sang rajapun puas dengan
kinerja Raden Segoro. Dengan ucapan terimakasih raja berniat agar Raden Segoro
berkenan menjadi menantunya. Sang raja pun menanyakan orang tua dari Raden
Segoro, namun Raden Segoro pun bingung dengan pertanyaan baginda raja. Akhirnya
Raden Segoro kembali ke pulau madura dan bertemu dengan ibunya Bendoro Gung.
Dan disaat yang bersamaan Raden Segoro langsung menanyakan siapa ayah dari
Raden Segoro. Bendoro Gung pun bingung mendengar pertanyaan puteranya. Dan pada
saat itu pula Bendoro Gung dan Raden Segoro lenyap seketika. Namun istana atau
kediaman Raden Segoro dan Bendoro Gung masih tersisa sampai saat ini. Walaupun
kenyataanya hanya tersisa puing-puing yang berupa batu bata yang terpendam di
dalam tanah. Meskipun demikian, penduduk sekitar percaya bahwasannya Raden
Segoro dan Bendoro Gung tetap menjaga hutan tersebut. Begitu pula dengan
kera-kera yang ada di dalam hutan Nepa. Kera-kera inipun dianggap suci dan tak
ada seorangpun yang berani membunuhnya. Sedangkan dua tongkat peninggalan Raden
Segoro kini berada di genggaman Raja Arosbaya yang bernama Pangeran Demang
Palakaran dan sampai saat ini tersimpan menjadi pusaka kota Bangkalan.
Harapan saya hutan nepa nantinya
akan menjadi objek wisata utama di kabupaten sampang. Karena sangat disayangkan
apabila terus terabaikan. Mengingat belum terlalu banyaknya pengunjung, dan
bahkan mungkin banyak yang belum mengetahui keberadaannya. Penasaran dengan
keberadaan hutan nepa? Datang langsung dan dijamin puas dengan segala suguhan
alamnya yang mempesona. dan siap-siap ya, kalian para pengunjung akan
terhipnotis dengan keadaan alam yang sangat indah.
0 komentar :
Posting Komentar